TUGAS PUISI MENULIS KREATIF
WANITAKU
Teruntuk wanita masa
depanku,
Luka, teruslah cari hingga kau tak bisa lagi merasakannya
Tak usah terlalu melindungi moralmu manis,
Karena di ujung jalan kau akan tau, hidup ini terlalu sadis
Bahkan untuk bernafas, kau harus tertawa di dalam tangis.
Luka, teruslah cari hingga kau tak bisa lagi merasakannya
Tak usah terlalu melindungi moralmu manis,
Karena di ujung jalan kau akan tau, hidup ini terlalu sadis
Bahkan untuk bernafas, kau harus tertawa di dalam tangis.
Teruntuk orang yang
akan menua bersamaku,
Teruslah mencari jalan-Nya
Tahukah kau? Nerakanya bagai surga bagimu di dunia,
Tapi sekalipun bergenang darah, tetaplah!
Tetaplah menjadi tutup dari jari jemari kelam nafsumu
Teruslah mencari jalan-Nya
Tahukah kau? Nerakanya bagai surga bagimu di dunia,
Tapi sekalipun bergenang darah, tetaplah!
Tetaplah menjadi tutup dari jari jemari kelam nafsumu
Teruntuk kau,
seseorang yang akan kupanggil istri
Tak perlu ragu untuk kapan datangnya seorang laki-laki
Karena sang Khalik pun telah berjanji,
Setiap mahluk akan dipasangkan dengan yang sama tinggi!
Tak perlu ragu untuk kapan datangnya seorang laki-laki
Karena sang Khalik pun telah berjanji,
Setiap mahluk akan dipasangkan dengan yang sama tinggi!
Teruntuk sosok ibu
anak-anakku nanti,
Teruslah perbaiki diri, karena di ujung jalan nanti,
Percayalah, aku akan datang menghampiri
Teruslah perbaiki diri, karena di ujung jalan nanti,
Percayalah, aku akan datang menghampiri
~
TERIK PEMANDU TEDUH
Entah!, pikirku saat kepala ini bertanya,
Sudahlah!, bujukku saat asa ini melemah.
Sudahlah!, bujukku saat asa ini melemah.
Semua tau, jika sang mentari memang memberi terang,
Tapi saat senja menjelang, diapun membutuhkan sang rembulan.
Karena dia mengerti, memang teramat indah jika saling melengkapi.
Tapi saat senja menjelang, diapun membutuhkan sang rembulan.
Karena dia mengerti, memang teramat indah jika saling melengkapi.
Sayang, dia tak kunjung menemukan.
Malang, hanya gelapnya malam yang ia dapatkan.
Memang dia terik, tapi dia juga butuh keteduhan sang rembulan.
Karena dia punya cahaya untuk disampaikan, yang selalu ingin ia berikan.
Hmmmm.... malam itu, hilanglah sang mentari dibunuh sang kelam.
Sekarang, sang fajar telah menanti.
Mentaripun telah siap untuk menyinari.
Meskipun ia paham, tegarnya masih sendiri,
Tapi sabarnya masih kokoh berdiri.
Teriknya masih setia menerangi.
Tetap saja ia tersenyum dan mencari.
Mentaripun telah siap untuk menyinari.
Meskipun ia paham, tegarnya masih sendiri,
Tapi sabarnya masih kokoh berdiri.
Teriknya masih setia menerangi.
Tetap saja ia tersenyum dan mencari.
Hingga akhirnya, sang mentari akan kembali tenggelam,
Diapun sudah siap diluluh lantakkan sang malam.
Anehnya, malam itu ia merasakan perbedaan.
Perlahan, menyingkirlah sang awan, dengan pasti menyembulkan sang rembulan.
Sang mentaripun menemukan teduh yang selalu ia dambakan.
Tempat berbagi yang setiap waktu ia harapkan.
Diapun sudah siap diluluh lantakkan sang malam.
Anehnya, malam itu ia merasakan perbedaan.
Perlahan, menyingkirlah sang awan, dengan pasti menyembulkan sang rembulan.
Sang mentaripun menemukan teduh yang selalu ia dambakan.
Tempat berbagi yang setiap waktu ia harapkan.
Mereka-pun mulai berbagi kehangatan, saling memberi keteduhan.
Malang, sang rembulan masih terlalu gamang.
Teduhnya pernah diabaikan sang malam.
Sinarnya dulu pernah ditepis sang awan.
Indahnya sempat pernah diabaikan.
Teduhnya pernah diabaikan sang malam.
Sinarnya dulu pernah ditepis sang awan.
Indahnya sempat pernah diabaikan.
Hingga ia masih terlalu takut untuk mempercayakan.
Tapi lihatlah, sang mentari akan selalu mencoba meyakinkan.
Sampai dia tahu apakah dia pantas melepas atau mendapatkan.
Meskipun akhirnya nanti, gelap yang harus ia lawan.
Lagi-lagi, sang mentari tetap akan menyinari.
Dia akan selalu tersenyum berdiri, meskipun tergenang darah sendiri.
Dia akan selalu tersenyum berdiri, meskipun tergenang darah sendiri.
Karena ia selalu meyakini, saat ia setia menyinari, suatu saat dia pasti akan
menuai.
4 Januari 2018
TERIMA KASIH
Terima kasih
Terima kasih karena sudah pernah menerangi,
terima kasih, kau telah pernah bersedia meneduhi....
Terima kasih karena sudah pernah menerangi,
terima kasih, kau telah pernah bersedia meneduhi....
Memang sekarang semua terasa samar....
karena sang mentaripun sudah akan kembali besar...
karena sang mentaripun sudah akan kembali besar...
Terima kasih..
terima kasih atas ajaran rasa..
yang membuatku sadar, yang paling besar memanglah cinta..
terima kasih atas ajaran rasa..
yang membuatku sadar, yang paling besar memanglah cinta..
Memang, kini mentari akan tenggelam...
Karena ia sangat mengerti akan sang heningnya malam...
dia tau bumipun perlu ketenangan....
Karena ia sangat mengerti akan sang heningnya malam...
dia tau bumipun perlu ketenangan....
Pasti dia akan kembali...
Tapi dia tak akan serupa lagi...
Tapi dia tak akan serupa lagi...
Percayalah, dia akan bersinar...
Walaupun sang bumi sekarang merasa hambar...
Mentaripun akhirnya sadar, saat dia dibangunkan sang
langit...
Di ujung jalan, ia akhirnya mengerti...
Tak perlu berkata, kalau dia dibutuhkan sang bumi...
karena dia sadar, cinta tak perlu dipahami...
Ia hanya akan menjalani.....
Benar, dia akan selalu menyinari sang bumi....
Di ujung jalan, ia akhirnya mengerti...
Tak perlu berkata, kalau dia dibutuhkan sang bumi...
karena dia sadar, cinta tak perlu dipahami...
Ia hanya akan menjalani.....
Benar, dia akan selalu menyinari sang bumi....
memang, sinarnya terkadang terlalu terik...
sang bumipun sering dia buat menjerit...
Tapi itulah sang mentari....
akan selalu menerangi....
akan selalu menerangi....
dan sekarang dia tidak perlu mengatakan...
betapa dia sangat diperlukan...
cukup dengan menyinari, sang bumi akan mengerti..
kalau sang mentari yang dulu pernah berjanji...
dan dia memang akan selalu mencintai....
Terima kasih....
TUGAS PUISI MENULIS KREATIF
Reviewed by Andreas Ramayudi
on
09.57
Rating:
Bagus puisinya yang pertama, tapi yang kedua dan ketiga malah terasa perbedaannya.
BalasHapusAgak cringe gitu!
Hahaha, Iya, puisi yang kedua dan ketiga, itu awal-awal saya menulis puisi lagi, jadi maklumin kalau agak ada cringe-cringe nya...wkwkwkw
HapusNice, izin copas buat tugas sekolah min!
BalasHapusSilahkan!, tapi cantumkan sumbernya ya!
Hapus👍👍
BalasHapuskeren sekaliii puisinya kak, sangat tersentuh saat membaca nyaa, ditunggu karya lainnya kak
BalasHapus